KH. Imam Zarkasy Djunaidi adalah putera ke II KH. Djunaidi Asymuni yang lahir pada tanggal 05 Februari 1942 M di desa Galis Kabupaten Pamekasan Madura. Dari jalur ayahnya beliau merupakan putra KH. Djunaidi Asymuni dan Nyai Hj. Sholihah.
KH. Imam Zarkasy Djunaidi menikah dengan Nyai Hj. Masadah. Dari pernikahan ini, beliau dikaruniai dua putera dan dua puteri, yaitu: 1) KH. Lukman Zarkasy, 2) KH. Taufiqur Rohman, 3) Nyai Minhatus Saniyah, 4) Nyai Ulfatus Sholekhah, 5) Nyai Maulida, 6) Nyai Salimatul Islamiyah dan 7) Agus Mufti Ali.
Pada masa kepemimpinan Kiai Imam Zarkasy. Cobaan, tantangan dan rintnagan tak jauh berbeda dengan masa kepemimpinan ayahnya, namun bertambah adanya kemajuan pada masa beliau yakni sudah banyak masyarakat sekitar pondok yang melaksanakan sholat, semakin berkurangnya para penyamun. Bertambahnya tantangan tidak membuat beliau mengendorkan semangat untuk tetap menyerukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, bahkan hal tersebut beliau hadapai dengan penuh kesabaran dan ketelatenan serta bertawakkal kepada Allah Swt.
Karena keyainan beliau bahwa selain menyadarkan masyarakat beliau juga berikhtiyar untuk mengembangkan unit pendidikan di Pondok Pesantren Bustanul Makmur baik ilmu agama maupun ilmu umum. Terbukti dengan mulai munculnya masyarakat yang menitipkan putra-putrinya untuk memondokkannya di Pondok Pesantren Bustanul Mamur.
Dengan bertambahnya santri, beliau mendidirkan beberapa pendidikan formal di Yayasan Bustanul Makmur, seperti TK Khadijah 36, MI An-Nidhom dan SDI Kebunrejo, MTS Kebunrejo dan SMP Ma’arif khusus putri, SMP Bustanul Makmur (Pondok Pesantren Bustanul Makmur II) Madrasah Aliyah Kebunrejo dan perguruan tinggi STIT Ibrahimy (berubah nama menjadi STAI Ibrahimy lalu kemudian menjadi IAI Ibrahimy Genteng).
Latar Belakang Pendidikan
Dari sisi keilmuwan, Kiai Zarkasy pernah mengenyam pendidikan formal begitu pula pendidikan pesantren. Sekolah formal beliau tempuh hingga lulus Pendidikan Guru Agama (PGA). Sedangkan di pesantren, selain belajar ke ayahnya secara langsung beliau juga menempuh pendidikan di pesantren Lasem di bawah asuhan Kiai Ma’sum selama kurang lebih satu tahun sepuluh bulan, Kiai Mansur dan Kiai Baidlowi. Beliau juga pernah belajar di Pondok Poncol Salatiga yang diasuh oleh KH. Ahmad Asy’ari dan beliau juga pernah belajar kepada Kiai Zaubair di Pesantren Al-Anwar dan kepada Kiai Juwaini Tretek Kediri, kemudian beliau meneruskan perjuangan ayahnya di Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng Banyuwangi.
Keistiqomahan dalam ibadah juga diiringi keaktifan sosial dalam masyarakat yang beliau rintis sejak usia belia. Beliau pernah menjadi ketua PC IPNU Blambangan pada dekade 60-an, ketua PAC GP Ansor Genteng dan aktif di kepengurusan PCNU Banyuwangi. Mulai jadi jajaran ketua Tanfidziah hingga menjadi Rois Syuriah PCNU Banyuwangi (1991-2001), serta ditambah aktifitasnya saat berkiprah di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banyuwangi maupun di IPHI Banyuwangi.
Dari perihal tersebut serta ditunjang dengan sikap penganyom dan dermawan membuat beliau disukai oleh masyarakat. Baik dari kalangan masyarakan awam hingga para kiai, umat Islam mauoun non-muslim, pejabat sipil ataupun militer, semuanya menaruh hormat kepada beliau. Kiai Zarkasy dikenal sebagai seorang kiai yang terdiri dari perpaduan alim, wara’, ahli ibadah sekaligus aktif di organisasi sosial kemasyarakatan.
Kiai Imam Zarkasy Djunaidi Wafat pada 16 Ramadhan 1422 M/ tanggal 2 Desember tahun 2001, semoga amal beliau diterima oleh Allah Swt dan kita selalu memperoleh barokah sebab perantara beliau Amiin..